Kamis, 08 November 2018

KESEHATAN MASYARAKAT


FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA WANITA

Penulis: Lindra Anggorowati

Diterbitkan oleh: Universitas Negeri Semarang

Penelitian: FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA WANITA

ISSN 1858-1196


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, menyatakan bahwa 5 besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung, dan kanker hati. WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-2015. Survei yang dilakukan WHO dinyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal itu membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita setelah kanker leher rahim (American Cancer Society, 2008).

Faktor risiko kanker payudara adalah jenis kelamin, dengan perbandingan lakilaki perempuan kira-kira 1:100. Berdasarkan data penelitian Harrianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara (15,79%), menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang (42,11%). Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat, riwayat pemberian ASI, dan obesitas.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Kudus karena tingginya kejadian kanker payudara di tempat tersebut. Berdasarkan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Kudus Tahun 2007-2009, jumlah penderita kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kudus sebagai rumah sakit rujukan wilayah Kudus terdapat 334 kasus pada tahun 2007, 324 kasus pada tahun 2008, dan 65 kasus pada tahun 2009. Meskipun terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2009, namun penyakit kanker payudara merupakan penyakit yang mempunyai andil besar dalam kematian wanita di dunia. Setelah perawatan, sekitar 50 persen pasien yang menderita kanker payudara stadium akhir hanya dapat bertahan hidup 18-30 bulan (Indopos Universitas Indonesia, 2005). Disamping itu, penelitian tentang faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara masih sangat terbatas di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara di RSUD Kudus.

METODE

 Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain case control. Metode case control dapat digunakan untuk menilai peran variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu usia, riwayat obesitas, riwayat keluarga menderita kanker payudara, riwayat keluarga menderita kanker ovarium, usia melahir usia melahirkan anak pertama, riwayat pemberian ASI, usia menarche, usia menopause, riwayat pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dan lama pemakaian pil kontrasepsi, yang berhubungan dengan kejadian penyakit kanker payudara wanita.
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah pasien penyakit kanker payudara wanita yang tercatat di RSUD Kudus dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, yang meliputi:

Kriteria inklusi sampel kasus:

1. Responden wanita yang pertama kali didiagnosis menderita kanker payudara dan tercatat di Rekam Medik di RSUD Kudus Tahun 2009.  
2. Belum dinyatakan meninggal dunia.
3. Bertempat tinggal di Kota Kudus, Demak, dan Jepara.
Kriteria ekslusi sampel kasus : pada saat dilakukan kunjungan rumah responden sudah tidak bertempat tinggal sesuai dengan alamat yang diambil dari Rekam Medik RSUD Kudus Tahun 2009.
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah tetangga dari sampel kasus yang tidak terkena penyakit kanker payudara dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel kontrol sejumlah 1:1 dari jumlah sampel kasus, dimana bertempat tinggal dalam satu wilayah dengan sampel kasus dan memiliki karakteristik jenis kelamin dan usia yang hampir sama dengan sampel kasus (SD + 5 tahun).

Kriteria inklusi sampel kontrol:

1. Responden wanita tidak menderita kanker payudara.
2. Bertempat tinggal di Kota Kudus, Demak, dan Jepara.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, dengan besar sampel sebanyak 59 kasus dan 59 kontrol. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan rekam medis RSUD Kudus. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square atau Uji fisher sebagai alternatifnya dan dihitung menggunakan analisis risiko Odds Ratio (OR) (α=0.05).

HASIL


Penelitian dilakukan terhadap 59 kasus dan 59 kontrol, dengan karakteristik responden ditampilkan pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, jumlah kasus dan kontrol pada variabel usia melahirkan anak pertama sebanyak 37 dan 44 orang. Hal ini dikarenakan jumlah responden kasus yang mempunyai anak pertama, sebanyak 34 orang dan yang tidak mempunyai anak dengan usia diagnosis > 30 tahun, sebanyak 3 orang, sedangkan yang tidak mempunyai anak sebanyak 22 orang, sehingga analisis dilakukan terhadap 37 orang. Sementara itu, jumlah responden kontrol yang mempunyai anak sebanyak 44 orang dan yang tidak mempunyai anak sebanyak 15 orang, sehingga analisis dilakukan terhadap 44 orang.

Adapun pada variabel usia menopause, jumlah kasus yang sudah menopause pada saat dilaksanakannya penelitian sebanyak 16 orang, sedangkan yang belum sebanyak 43 orang, sehingga analisis dilakukan terhadap 16 orang. Sementara itu, jumlah kontrol yang sudah menopause pada saat dilaksanakannya penelitian sebanyak 17 orang, sedangkan yang belum sebanyak 42 orang, sehingga analisis dilakukan terhadap 17 orang.

Berdasarkan Tabel 2, dari 10 variabel bebas yang diteliti, terdapat 4 variabel yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Variabel-variabel tersebut adalah riwayat obesitas, usia melahirkan anak pertama, riwayat pemberian ASI, dan usia menarche.

 PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis bivariat, tidak ada hubungan antara usia responden dengan kejadian kanker payudara. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nani (2009), yang menunjukan bahwa distribusi kelompok umur terbanyak ditemukan pada golongan umur 40-49 tahun (36,5%), dan 50-59 tahun (30,8%). Hasil tersebut tidak sesuai pula dengan pernyataan dalam penelitian Harianto (2005) yang mengutip dari Caleste L bahwa berdasarkan program SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Results) yang dilakukan NCI (National Cancer Institutte) insidensi kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Umur sangat penting sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kanker payudara. Kejadian kanker payudara akan meningkat.

Tabel 1. Karakterkstik Responden

Karakteristik
Kasus
Kontrol
N
(%)
N
(%)
1.
Umur

a.      ≥ 42 tahun
23
39
20
33,9

b.      < 42 tahun
36
61
39
66,1

Total
59
100%
59
100%
2.
Riwayat Obesitas

a.      Obesitas
33
55,9
13
22

b.      Tidak Obesitas
26
44,1
46
78

Total
59
100%
59
100%
3.
Riwayat keluarga ca. Mammae

a.      Ada
16
27,1
7
11,9

b.      Tidak
43
72,9
52
88,1

Total
59
100%
59
100%
4.
Riwayat keluarga ca. ovarium

a.      Ada
4
6,8
3
5,1

      b. Tidak
55
93,2
56
94,9

Total
59
100%
59
100%
5.
Usia melahirkan anak pertama

a.      ≥ 30 tahun + belum punya anak dengan usia diagnosis ≥30 tahun
22
59,5
10
22,7

b.      < 30 tahun
15
40,5
34
77,3

Total
37
100%
44
100%
6.
Riwayat pemberian ASI

a.      < 4 bulan
21
61,8
10
22,7

b.      ≤ 4 bulan
13
38,2
34
77,3

Total
34
100%
44
100%
7.
Usia menarche

a.      < 12 tahun
34
57,6
10
16,9

b.      ≥ 12 tahun
25
42,4
49
83,1

Total
59
100%
59
100%
8.
 Usia monopause

a.      ≥ 48 tahun
13
81,2
12
70

b.      < 48 tahun
3
18,8
5
29,1

Total
16
100%
17
100%
9.
Riwayat pemakaian pil kontrasepsi kombinasi

a.      Memakai
19
32,2
12
20,3

b.      Tidak memakai
40
67,8
47
79,7

Total
59
100%
59
100%
10.
Lama pemakaian pil kontrasepsi

a.      ≥ 5 tahun
6
31,6
3
25

b.      < 5 tahun
13
68,1
9
75

Total
19
100%
12
100%


Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat

No
Variabel
Nilai p
OR
CI
1.
Usia
0,70
1,25
0,59 – 2,64
2.
Riwayat obesitas*
0,00
4,49
2,01 – 10,02
3.
Riwayat keluarga ca. Mammae
0,06
2,76
1,04 – 7,33
4.
Riwayat keluarga ca. Ovarium
1,00
1,36
0,29 – 6,35
5.
Usia melahirkan anak petama*
0,00
4,99
1,90 – 13,87
6.
Riwayat pemberian ASI*
0,00
5,49
2,05 – 14,74
7.
Usia menarche*
0,00
6,66
2,84 – 15,65
8.
Usua monopause
0,69
1,80
0,35 – 9,23
9.
Riwayat pemakaian pil kontrasepsi kombinasi
0,20
1,86
0,81 – 4,29
10.
Lama pemakaian pil kontrasepsi kombinasi
0,69
1,75
0,35 – 8,71

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil beberapa faktor yang ada hubungan dengan kejadian kanker payudara antara lain obesitas (p=0,00; OR=4,49; CI=2,01-10,02), usia melahirkan anak pertama (p=0,00; OR=4,99; CI=1,90-13,87), riwayat pemberian ASI (p=0,00; OR=5,49; CI=2,05-14,74), dan usia menarche (p=0,00; OR=6,66; CI=2,84-15,65). Saran yang diajukan bagi masyarakat diharapkan dapat mencegah terjadinnya kanker payudara. Bagi RSUD Kudus perlu penambahan informasi pencatatan stadium kanker payudara. Bagi dinas kesehatan perlu promosi kesehatan kepada masyarakat tentang upaya pencegahan kanker payudara.

Ditemukannya kejadian kanker payudara wanita yang lebih besar pada usia <42
tahun, baik pada kelompok kasus maupun kontrol penelitian ini, diperkirakan karena
responden merupakan penderita kanker payudara stadium awal yang melakukan pendeteksian
dini agar penyakit tidak berkembang menjadi stadium lanjut.

Pada variabel obesitas, hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Nani (2009) yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis bivariat salah satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara adalah adanya riwayat kegemukan (OR = 2,38 ;95% CI : 1,08 – 5,25). Selaras pula dengan penelitian Enger (1989) dan Colditz (1994) yang menyatakan bahwa ada peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita dengan Body Mass Index yang besar. Risiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara (Balasubramaniam dkk, 2013)

Hasil penelitian variabel riwayat keluarga menderita kanker payudara tidak selaras
dengan pernyataan William F dan J Christopher (2001), yang menyatakan bahwa riwayat
keluarga yang positif adalah faktor risiko terbesar kanker payudara. Wanita-wanita dengan
satu orang dari keluarga menderita kanker payudara mempunyai risiko 2 kali lipat akan menderita kanker payudara, dan wanita-wanita yang terdapat 2 orang menderita kanker payudara mempunyai risiko 14 kali lipat lebih besar akan menderita kanke payudara, sedangkan 20% wanita yang menderita kanker payudara mempunyai riwayat keluarga jauh yang menderita kanker payudara.
            
Hasil penelitian variabel riwayat keluarga menderita kanker ovarium tidak selaras dengan teori atau pernyataan dari Wakai Kenji et al (1995), Scheinn Philip (1997), Vogel and Victor G (2000), yang dikutip oleh Nani (2009) yang menyatakan bahwa seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium. Hal ini dikarenakan sebagian besar (lebih dari 90%) responden tidak menderita kanker ovarium yang dapat berisiko terkena kanker payudara.

 KESIMPULAN


Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara di RSUD Kudus adalah obesitas (p=0,00; OR=4,49; CI=2,01- 10,02), usia melahirkan anak pertama (p=0,00; OR=4,99; CI=1,90-13,87), riwayat pemberian ASI (p=0,00; OR=5,49; CI=2,05-14,74), dan usia menarche (p=0,00; OR=6,66; CI=2,84- 15,65).

 Judul: FAKTOR-FAKTOR, PERILAKU, DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

Penulis: Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Diterbitkan oleh: Universitas Islam Sultan Agung

Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

ISSN : 2338-2066


Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi penyebab kematian setelah penyakit kardio vaskuler. ( Rasjidi, 2009; Longo, 2009). Insiden Kanker serviks, menurut perkiraan Departemen Kesehatan, 100 per 100.000 penduduk pertahun(Yatim, 2005).

Insiden kematian meningkat akibat masyarakat enggan elakukan pemeriksaan, sehingga kanker terdiagnosa setelah dalam stadium lanjut. Sebagaimana ditemukan di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal berdasarkan data yang diperoleh pada bulan September 2012, bahwa sosialisasi tentang kanker serviks sudah dilakukan dengan cara membagikan leaflet, penyuluhan dan menyelenggarakan papsmear masal, namun tingkat kehadiran masyarakat masih rendah, yaitu sekitar 30% - 40%. Hasil wawancara pada 10 orang yang belum melakukan papsmear didapatkan alasan yang bervasiasi, yang mengatakan belum mengetahui 10%, tidak mempunyai uang 30%, kurangnya dukungan suami 20% dan 40% lainnya mengatakan sebagian besar wanita disekitarnya juga belum pernah melakukan periksaan deteksi dini kanker serviks.

METODOLOGI


Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini wanita yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yang tinggal di wilayah Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal. Jumlah sampel 60 orang yang diambil dengan teknik random sampling. Tempat penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dalam rentang waktu November sampai sampai dengan Desember 2012. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik.


HASIL


 Tabel 1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan pelayanan kesehatan, pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)

Variabel
Frekuensi
Prosentase
N
(%)
1.
Usia

Muda
47
58,751

Tua
33
41,25
2.
Pendidikan

Rendah
75
93,75

Tinggi
5
6,25
3.
Ekonomi

Rendah
67
83,75

Tinggi
13
16,25
4.
Keterjangkauan

Tidak terjangkau
31
38,75

Terjangkau
49
61,25
5.
Pengetahuan

Rendah
52
65

Tinggi
28
35
6.
Sikap

Negatif
48
60

Positif
32
40
7.
Dukungan suami

Tidak baik
15
18,75

Baik
65
81,25
8.
Dukungan sebaya

Tidak baik
22
27,5

Baik
58
72,5


Tabel 2.
Hubungan antara usia, pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan,
pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)


Variabel
Perilaku
P Value
a 0,05
Tidak baik
Baik
N
(%)
N
(%)
1.
Usia


Muda
0
0
47
100
0,540

Tua
4
12
29
88

2.
Pendidikan


Rendah
8
10,6
67
89,4
0,392

Tinggi
0
0
5
100

3.
Ekonomi


Rendah
7
10,4
60
89,5
0,428

Tinggi
1
7,6
12
92,4

4.
Keterjangkauan


Tidak terjangkau
4
12,9
27
87,1
0,386

Terjangkau
4
97,5
37
97,25

5.
Pengetahuan


Rendah
0
0
78
100
0,000

Tinggi
15
19,2
63
80,8

6.
Sikap


Negatif
42
87,5
6
12,5
0,000

Positif
6
18,75
26
81,25

7.
Dukungan suami


Tidak baik
4
26,7
11
73,1
0,000

Baik
53
81,5
12
18,46

8.
Dukungan sebaya


Tidak baik
6
27,27
16
72,73
0,000

Baik
47
81,03
11
18,97


Berdasarkan uji bivariat yang sudah dilakukan, maka faktor-faktor yang masuk kedalam kandidat uji multivariat adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya.

Tabel 3.
Hasil analisis pemodelan pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah Tahun 2012 (n=80)

No
Variabel
B
SE
Wald
Df
P V
OR
Cl 95%
1.
Pengetahuan
-1,327
0,521
6,471
1
0,011
0,265
0,095-0,737
2.
Sikap
0,784
0,387
4,115
1
0,043
2,191
1,027-4,674
3.
Dukung suami
1,115
0,431
6,706
1
0,010
3,050
1,312-7,095
4.
Dkung sebaya
1,015
0,342
5,608
1
0,032
2,483
1,127-4774
5.
Konstanta
0,821


PEMBAHASAN


Hasil penelitian, faktor yang paling mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks adalah dukungan suami dengan nilai p=0,010 dan OR 3,050. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini kanker serviks.

Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Suami yang mempunyai pemahaman lebih dapat memberikan penjelasan dan dukungannya pada istri untuk melaksanakan perilaku sehat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh oleh Shevrin pada tahun 2008 di Amerika. Pada penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh pasangan dalam skrining kanker payudara dan kanker serviks. Hasil yang di dapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasangan tentang kanker payudara dan kanker serviks mempengaruhi dukungan terhadap wanita untuk melakukan skrining.

Keberhasilah dan keberlangsungan periaku sehat sangat membutuhkan dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga khususnya suami sangat bermakna untuk guna meningkatkan status kesehatan wanita. Dukungan suami dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku termasuk dalam melakukan deteksi dini kanker serviks (Supartiningsih, 2003)

Kultur masyarakat jawa yang masih sangat kental di wilayah kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal yang menempatkan suami sebagai penentu pengambil keputusan sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sehingga dukungan suami sangat bermakna dalam keberlangsungan perilaku sehat mengingat suami, seringkali bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan keluarganya (UNFPA, 2004).

KESIMPULAN


 Banyak faktor yang mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan melakukan deteksi dini kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah dukungan suami. Dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dibandingkan faktor yang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar